EPILOG


Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik

Dahulu, orang mengira Fir'aun benar-benar berkuasa dan abadi. Sejumlah mala petaka dan bala, sebagai balasan kezaliman di dunia, mampu dia lalui. Dari wabah katak, belalang, hingga gagal panen dan paceklik tak membuatnya bergeming.

Dia tetap mengklaim sebagai Tuhan, bahkan lebih tinggi dari Tuhannya Musa AS. Dia, bahkan membuat infrastruktur tercanggih ketika itu, untuk mengintip Tuhannya Musa yang ada di langit.

Dahulu, Namruz juga mengaku bisa setara dengan Tuhannya Ibrahim. Mampu 'menghidupkan' dan mampu 'mematikan'.

Dahulu, Kafir Quraisy juga menyebut Rasulullah Muhammad Saw sebagai orang gila. Melempari dengan kotoran, memboikot beliau Saw dan para sahabat hingga tiga tahun, bahkan berencana membunuh Rasulullah Saw.

Tapi babak akhir dari kisah kaum zalim, orang yang melampaui batas, adalah balasan kehinaan di dunia dan azab yang pedih di akhirat.

Fir'aun akhirnya ditenggelamkan. Ketika mulutnya ingin mengikrarkan pengakuan atas kekuasaan Tuhannya Musa AS, malaikat segera menyumpal mulutnya dengan lumpur laut. Seolah, malaikat tak ridlo kaum penzalim terhindar dari azab karena taubat.

Namrud pun tak berkutik, tak mampu menerbitkan matahari dari barat dan menenggelamkannya di timur, menyelisihi apa yang telah ditetapkan Tuhannya Musa AS.

Akhirnya, Rasulullah Saw hijrah dan mendirikan kekuasaan di Madinah. Dengan kekuasaan itu, Rasulullah mampu menghukum kaum kafir di perang badar, bahkan menaklukkan kota Mekah.

Itulah, akhir dan kesudahan kaum yang zalim. Itulah, akhir dan kesudahan kaum yang beriman dan sabar, tetap teguh di jalan ketaatan.

Manusia itu diciptakan penuh keluh kesah dan tergesa-gesa. Bagi yang ingkar, sangat tergesa-gesa menantang azab Allah SWT, padahal azab itu pasti datang. Bagi yang beriman, juga tergesa-gesa ingin pertolongan cepat turun, padahal pertolongan itu adalah janji Allah SWT.

Etalase kehidupan yang kita saksikan ini, termasuk kezaliman di negeri ini dan negeri kaum muslimin lainnya adalah prolog. Janganlah tergesa-gesa menuju epilog.

Tergesalah untuk beramal, bukan menunggu kesudahan kaum yang zalim, atau keinginan segera mendapat pertolongan. Tergesalah, berlombalah, dalam aktivitas dakwah dan berjuang, yang karena kekhusyukan dalam ketergesaan itu, membuat kita semakin yakin akan pertolongan Allah SWT, dan tak perlu menunggu kezaliman segera dibalaskan.

Semua ada waktu dan ajalnya. Kekuasaan yang zalim juga ada ajalnya. Jadi, sampai kapan kezaliman ini berakhir ? Sampai, ajal kekuasaan zalim itu tiba. Dan pertolongan Allah SWT pasti meliputi orang orang yang beriman, beramal saleh, yang tetap Istiqomah berdakwah menyeru pada yang Ma'ruf dan mencegah dari yang mungkar. [].

Posting Komentar

0 Komentar