Oleh : Ahmad Khozinudin
Sastrawan Politik
Akhirnya, Presiden Joko Widodo turut mengecam penyataan dari Presiden Perancis Emmanuel Macron yang menghina umat Islam. Jokowi menyebut penyataan Macron telah melukai perasaan umat Islam seluruh dunia.
"Indonesia juga mengecam keras pernyataan presiden Perancis yang menghina agama Islam yang telah melukai perasaan umat Islam di seluruh dunia,"_kata Jokowi melalui siaran YouTube Sekretariat Presiden, Sabtu (31/10/2020).
Pernyataan ini kendati sangat terlambat, tetapi paling tidak menunjukkan kepada publik, ribut-ribut di sosial media itu penting. Bagaimanapun, opini sosial media itu berpengaruh dalam aktivitas dan opini dunia nyata.
Pada 2 Oktober 2020, Macron dengan sombongnya mengatakan Islam adalah agama yang sedang mengalami krisis, di manapun di dunia. Tak hanya yang kita lihat sekarang. Pernyataan tersebut diungkapkan Macron dalam kesempatan pidatonya yang diunggah BFM TV pada 2 Oktober 2020.
Pasca peristiwa 16 Oktober, dimana Abdullakh Anzorov, remaja 18 tahun, imigran asal Rusia yang menyerang Samuel Paty (47 tahun), guru warga negara Perancis, tak jauh dari sekolah tempatnya mengajar di Conflans-Sainte-Honorine, Macron semakin brutal. Akar masalah berupa penghinaan terhadap Rasulullah Muhammad Saw tidak dijadikan bahan evaluasi, Macron justru menegaskan penghinaan terhadap Rasulullah Saw sebagai bagian dari kebebasan Perancis.
Macron secara provokatif menyebut "Paty dibunuh karena Islamis menginginkan masa depan kita,". “Mereka tidak akan memilikinya." Begitu, seruan agitasi kebencian Macron terhadap Islam.
Tentu, publik patut curiga peristiwa yang telah terjadi begitu lama, baru ditanggapi Presiden Jokowi hari ini (31/10). Publik tentu patut menduga, ada sesuatu di benak presiden sehingga tidak responsif terhadap penghinaan pada Rasulullah dan agama Islam.
Semestinya, Presiden Jokowi sebagai representasi negeri berpenduduk muslim terbesar di dunia bicara terdepan, menyampaikan suasana kebatinan umat Islam yang marah atas penghinaan Macron sesaat setelah kejadian. Respons 3 (tiga) hari setelah kejadian, sebenarnya masih bisa ditolerir.
Tapi mengapa, Presiden Jokowi baru mengecam Macron hari ini ? Apakah, untuk mengecam Macron Jokowi perlu mendapat tekanan publik umat Islam ? Setelah MUI ikut mengeluarkan pernyataan resmi ?
Atau apakah, kecaman Jokowi ini telah mendapat persetujuan Perancis ? Jokowi meminta izin kepada Perancis untuk mengecam Macron, sekedar untuk meredam kegeraman publik di Indonesia ?
Entahlah, meskipun Jokowi telah mengeluarkan kecaman terhadap Macron, bahasa kecaman tersebut terasa hambar dihati rakyat. Publik khususnya umat Islam, hanya melihat kecaman yang dikeluarkan Jokowi hanyalah formalitas dan basa basi politik saja. kecuali, Jokowi berani memutus hubungan diplomatik dan mengusir Dubes Perancis dari Indonesia. [].
0 Komentar